Negara maju adalah sebutan untuk negara yang rakyatnya memiliki tingkat kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sebutan ini pada umumnya didasari atas tingkat perekonomian, ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara-negara maju mampu memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Dengan pemanfaatan teknologi, mereka tidak lagi menggantungkan diri pada sumber daya alam. Sumber daya alam diolah dengan menggunakan alat-alat modern.

Penggunaan alat-alat modern dengan teknologi yang tinggi dilaterbelakangi oleh pengetahuan yang tinggi pula. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi tersebut mencerminkan bahwa  pendidikan penduduk di negara maju berada di atas kualitas negara berkembang. Negara-negara maju memiliki nilai Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tinggi. Umumnya negara-negara maju di dunia adalah negara yang menganut paham sekuler, yaitu yang membedakan antara urusan agama dan negara.
Negara-negara maju ditandai dengan warna pekat
Negara-negara maju ditandai dengan warna pekat

Ketergantungan Islam pada Negara-negara Eropa
Negara-negara di Eropa umumnya maju. Kemajuan Eropa tidak hanya di bidang ekonomi saja, namun hampir mencakup semua aspek, seperti pendidikan, kesehatan, teknologi dan lainnya. Sementara dunia Islam hingga masa kini masih tergolong berkembang terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karenanya, posisi dunia Islam terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat bergantung terhadap Eropa. Ini terlihat dimana dewasa ini Eropa menjadi destinasi utama dalam studi berbagai disiplin ilmu. Di beberapa universitas di Eropa terdapat pelajar muslim. Kualitas pendidikan Eropa yang tinggi menjadikan umat Islam melirik Eropa sebagai daerah utama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya, Eropa mampu menciptakan teknologi-teknologi dari yang sederhana hingga yang kompleks/modern. Hal ini menjadikan Eropa sebagai produsen untuk kebutuhan teknologi bagi negara-negara di dunia. Oleh karenanya, banyak negara yang bergantung terhadap produk-produk Eropa, terutama negara --mayoritas-- Islam yang berada pada tingkat negara berkembang. Selain itu, dalam bidang perpolitikan Eropa lebih dominan menguasai panggung politik dunia, sehingga negara-negara Islam kerap membutuhkan dukungan politik dari negara-negara Eropa. Apalagi tiga dari lima negara pemilik hek veto di PBB adalah negara Eropa, yaitu Inggris, Perancis dan Rusia.

Hegemoni Amerika Serikat terhadap Negara-negara Islam
Di puncak piramida kekuasaan, Amerika Serikat duduk sebagai super power yang memegang kendali kekuasaan dunia. Amerika memegang kendali terhadap ekonomi dunia. Hal ini dikarenakan oleh banyak negara yang telah menjadikan Dollar Amerika Serikat sebagai tolak ukur mata uangnya. Artinya, berharga-tidaknya mata uang mereka ditentukan oleh USD. Bursa saham AS dipandang sebagai indikator ekonomi dunia. Tidak hanya di bidang ekonomi, AS juga menjadi pemain utama dalam militer dan politik dunia, termasuk politik di negara-negara Islam.
Amerika Serikat adalah salah satu dari lima negara yang diistimewakan di bangku PBB dengan memilki hak veto. Amerika Serikat sebagai super power telah memainkan peranannya dengan menjadi aktor yang seringkali terlibat dalam berbagai fenomena. Pada tahun 2003 Amerika Serikat mengumumkan perang terhadap Irak dan Presiden George W.Bush memerintahkan tentaranya untuk mendududukinya. Irak di bombardir sampai hancur berkeping-keping dengan alat perang berteknologi tinggi. Puncaknya Amerika Serikat menempatkan pemerintahan baru menggantikan pemerintahan Saddam Husein yang telah mereka gulingkan. Amerika terus mendapat kecaman dunia atas penyerangan terhadap Irak (Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: dari hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal, 205: 89), tapi hanya sebatas kecaman. Tidak ada satu pun negara di dunia yang berani menjatuhkan sanksi atau mengadili Amerika Serikat di meja hijau.
Posisi kuat AS membuat negara adi daya menguasai berbagai kawasan, terutama negara-negara Islam seperti Afghanistan dan Irak. Kendali politik di Irak dan Afghanistan telah dipegang oleh AS. Negara-negara Islam lainnya hanya menjadi penonton atas berbagai ujicoba yang dilakukan AS di Irak dan Afganistan. AS memainkan peran bagai polisi dunia yang pasti benar terhadap negara lain. Ini merupakan satu dari sekian banyak fenomena mengenai hegemoninya Amerika terhadap negara Islam. Amerika takut negara Islam dapat membahayakan berbagai kepentingan mereka, khususnya kepentingan di wilayah Timur Tengah.
Dalam masalah Israel, mayoritas PBB lebih mendukung perjuangan rakyat Palestina, serta mengeluarkan berbagai revolusi yang mengutuk Israel namun tidak dapat direalisasikan. Suara mereka dikalahkan oleh kelompok minoritas (terutama AS) yang duduk di dewan keamanan(Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: dari hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal, 205: 90). Kasus yang sangat jelas tampak ialah kasus Pakistan dan Taliban. Jika di masa perang dingin sampai tahun 1996, Pakistan adalah pendukung kuat Taliban, maka situasi berubah total setelah AS menetapkan Taliban sebagai musuhnya (Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat: dari hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal, 205: 95). 
Amerika Serikat memang sangat berperan dalam setiap isu-isu global. Kekuasaan kendali dunia Islam ada di genggaman AS. Politik negara Islam sangat bergantung terhadap politik negara Amerika Serikat, tidak  ada yang dapat menghentikan hegemoni Amerika terhadap dunia Islam. Hanya karena faktor kekuatan dan pengaruh yang begitu kuat, secara praktis, maka muncul pikiran untuk mengikuti saja apa kehendak dan perintah Amerika. Selengkapnya dapat dibaca dalam buku Geografi Islam.

0 comments so far,add yours