Aceh terletak di jalur pelayaran
internasional, Keberadaan Aceh di ujung barat pulau
Sumatera menjadi perhatian bangsa-bangsa asing yang menggunakan trasportasi
laut di Selat Malaka. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan Aceh banyak dikunjungi oleh pendatang
dari belahan dunia, termasuk mereka yang datang dari
India. Kedatangan
bangsa India ke Aceh memiliki bebrapa kepentingan,
seperti kepentingan perdagangan (ekonomi), diplomasi, dakwah dan sebagainya.
Bukti adanya
hubungan Aceh dengan India dapat dilihat dari peninggalan arkeologis yang masih
dapat dilihat sampai sekarang, diantaranya:
1. Prasasti Neusu
Prasasti atau batu bersurat ini ditemukan
di desa Neusu Aceh, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh 18 April 1990. kini
prasasti tersebut berada di Museum Negeri Aceh. Pada kedua sisi prasasti Neusu
terdapat tulisan yang berbahasa Tamil kuno, diperkirakan dari abad ke-11 atau
ke-12 Masehi. Ini membuktikan bahwa di Aceh telah ada sekelompok orang india
yang menetap dan melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Aceh khususnya di
Selat Malaka.
Prasasti Neusu Aceh (ilustrasi) |
2. Nisan Kuno
Diantara batu nisan yang didatangkan
langsung dari India ialah batu nisan Sultanah Nahrasyiah di Samudera Pasai
(sekarang Aceh Utara). Batu nisan Sultanah Nahrasyiah terbuat dari bahan batuan marmer. Marmer
merupakan jenis batuan yang langka di Aceh namun banyak di India. Telah banyak
diketahui oleh para peneliti tentang jaringan pelayaran dan perdagangan abad
pertengahan bahwa kelompok pedagang Tamil (India) punya andil besar dalam kegiatan
pelayaran dan perdagangan dunia termasuk kawasan Sumatera khususnya Aceh sebagaimana
pernah ditemukannya prasasti berbahasa Tamil di Neusu Aceh.
Makam Sultanah Nahrasyiah |
3. Masyarakat
Pengaruh India di Aceh telah berlangsung dalam masa yang sangat lama.
Pengaruhnya agak sukar dihilangkan dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari. Menyangkut pewatakan
masyarakat Aceh, seperti di Indrapuri
Aceh Besar bila dilihat dari bentuk postur dan fisik mereka jelas
kelihatan memiliki garis keturunan yang mirip dengan orang-orang
India. Rata-rata kulit mereka berwarna hitam, hidung mancung
dan berambut keriting. Dalam berbagai keterangan sejarah disebutkan daerah Indrapuri dulu memang pernah
menjadi tempat tinggal orang-orang India ketika mereka datang
ke daerah Aceh sebelum masuknya agama Islam ke Aceh. Selengkapnya dapat dibaca dalam buku Awal
Masuknya Islam ke Aceh: Analisis Arkeologi dan Sumbangannya pada Nusantara.
0 comments so far,add yours