Jika di wilayah pulau Jawa banyak dijumpai candi-candi kuno, maka di Aceh kita menjumpai batu nisan kuno hampir di setiap desa (Aceh: gampong). Nisan plang- pleng adalah satu jenis batu aceh yang memiliki ciri khas yang unik diantara nisan aceh lainnya. Nisan ini banyak ditemukan di kawasan Lamreh yang dahulu dikenal dengan Lamuri. Ratusan nisan plang-pleng ini banyak tersebar di lahan-lahan milik warga di perbukitan Lamreh. Selain di Lamreh, nisan plang-pleng juga ditemukan di kawasan Banda Aceh seperti Kampong Pande dan Ulee Kareng.
Batu nisan tipe plang-pleng di Gampong Lamglumpang (Dok. Husaini Ibrahim) |
Namun masyarakat tidak banyak yang tau
bahwa batu nisan kuno merupakan benda cagar budaya yang harus dilindungi. Karena
rendahnya pemahaman masyarakat mengenai peninggalan benda-benda bersejarah maka
banyak batu nisan kuno di Aceh yang hilang jejaknya. Salah satunya ialah di
Gampong Lamglumpang, nisan plang-pleng yang ada di
Lamglumpang terkubur bersama timbunan rumah warga. Awalnya nisan ini ditemukan tahun 2007 oleh Arkeolog Universitas Syiah Kuala Husaini Ibrahim bersama arkeolog dari Pusat Penyelidikan Arkeologi Global, Universiti Sains
Malaysia, Pulau Pinang.
Pada dasarnya batu nisan terletak
pada lahan warga, dalam perkembangannya dilakukan pembangunan rumah baru sehingga nisan tersebut berada tepat di belakang rumah.
Pembangunan rumah terus dilakukan di kawasan ini, tidak terkecuali di lokasi di mana batu nisan kuno plang-pleng berada. Kini (tahun 2015 saat saya melakukan
observasi terakhir) tepat di lokasi tersebut berdiri
rumah yang baru saja selesai pembangunannya.
Pemilik rumah memed (bukan nama asli) saat diwawancarai (29/6/15) mengungkapkan bahwa ada tiga nisan ukuran agak besar di lokasi rumah ini, namun
sudah ditimbun. Alasan penimbunan nisan dikarenakan mau dibangun rumah sehingga
nisan tidak tau dibawa kemana jadi ditimbun saja ungkapnya. Hanya menyisakan
kenangan bagi yang pernah mengunjunginya dan dokumen foto tentunya yang
mengabadikannya (seperti foto di atas). Padahal batu nisan jenis ini sangat menerik para peneliti lainnya seperti arkeolog Aceh lainnya Deddy Satria yang juga pernah meneliti batu nisan di Lamglumpang. Semoga dengan tulisan singkat ini (walau agak telat dipublikasi) masyarakat mengetahui pentingnya peninggalan bersejarah sebagai identitas jati diri bangsa.
Jadi sekarang ilang???
ReplyDeleteJadi sekarang ilang???
ReplyDeleteIya yudi, ud di bawah pondasi rumah. Kalo digali ada tp gg mungkin digali.
ReplyDelete