Proses keberhasilan Islamisasi di Nusantara (Indonesia) yang dimulai
sejak abad ke-13 merupakan hasil dari kebijakan toleransi yang diberikan Islam
terhadap kebudayaan setempat. Kebijakan tersebut telah memberi pengaruh
terhadap kebudayaan Nusantara sehingga wajah Islam Nusantara berbeda dengan
wajah Islam di dunia manapun.
Ada beberapa budaya yang mencerminkan
karakteristik Islam Nusantara. Seperti ritual tepung
tawar, ritual ini merupakan sebuah salah
satu tradisi pra-Islam yang telah melekat dalam budaya Islam. Tepung tawar
dilakukan pada waktu peristiwa-peristiwa istimewa/penting seperti kelahiran,
perkawinan, pindah rumah, dan lain-lain.
Tujuan dari tradisi ini yaitu mengharapkan suatu kebaikan dari setiap setiap
peristiwa. Prosesi tepung tawar diisi dengan pembacaan shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW dan berdoa kepada Allah SWT. Tradisi ini biasa dilakukan di
kalangan orang Aceh dan Melayu, dalam masyarakat Aceh, tepung tawar ini biasa
disebut dengan peusijeuk.
Tepung Tawar, dalam Masyarakat Aceh disebut dengan Peusijuk |
Karakter lain yang tidak dimiliki oleh penduduk Islam
lainnya ialah bahasa Arab-Melayu, yaitu Arab melayu adalah tulisan berbahasa
Indonesia dengan memakai aksara huruf Arab.
Dimasa awal Islam, Arab melayu atau Jawi menjadi bahasa yang universal
di Nusantara, Surat-surat Raja-Raja Nusantara ditulis dalam huruf Arab melayu
atau dikenal dengan sebutan tulisan Jawi. Tulisan Arab-Melayu masih sangat
kental di wilayah semenanjung melayu terutama Malaysia hingga sekarang.
Tulisan Arab Melayu pada kitab Masailail Mubtadi Li ikhwanil Mubtadi |
Itulah karakteristik Islam di Nusantara yang tidak ada di
dunia Islam lainnya dan merupakan cerminan proses islamisasi yang telah
dilakukan oleh juru dakwah di masa lalu secara damai (non ekspansi).
Sumber: buku geografi Islam.
0 comments so far,add yours